Diskusi
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Diskusi

Semua Topik yang Bermanfaat


You are not connected. Please login or register

Inventory case

3 posters

Go down  Message [Page 1 of 1]

1Inventory case Empty Inventory case Wed Oct 08 2014, 19:34

harry potter

harry potter

kenapa sich, IfRs tak mau lagi mengakui LifO?

2Inventory case Empty Karene LIFO LOGIKANYA GAK MASUK AKAL Thu Oct 09 2014, 12:35

M Okto Z S

M Okto Z S

Contoh kasus ini :

persedian 30 harga 12 tgl 1
penjualan 12 tgl 2
pembelian 6 harga 40 tgl 7
penjualan 4 tgl 15
penjualan 1 tgl 25
pembelian 12 harga 4 tgl 30

maka dibikin tabel

Inventory case 98alis

pada hpp terlihat jelas perbedaan harga yang terjadi lebih besar LIFO (316) dibanding FIFO (204) dengan posisi untuk LIFO terdapat barang yang lama dan FIFO terdapat barang yang baru sehingga untuk LIFO tidak mencerminkan harga persediaan yang berlaku, sementara LIFO harga persediaanya relevan dengan harga yang berlaku karena persediaan ada adalah barang yang baru.

ditambah dalam penyajian laporan L/R dan dalam penyajian laporan posisi keuangan terdapat perbedaan yang signifikan yaitu dalam penilaian persediaan terhadap harga berlaku sehingga metode LIFO tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya

tetapi saya juga meminta pendapat kawan tentang hal ini karena itu hanya asumsi dari orang manajemen
thanks all
Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea  Idea

http://akuntansipublik.wordpress.com/

3Inventory case Empty Re: Inventory case Thu Oct 09 2014, 14:10

indri_polmed



Alasan mengapa metode LIFO tidak diperbolehkan dalam IFRS:

1. Metode LIFO mengurangi kualitas laporan posisi keuangan. Metode LIFO menyebabkan nilai inventory yang disajikan dalam laporan posisi keuangan (balance sheet) tidak merepresentasikan recent cost level of inventory (IAS 2.BC13). Inventory disajikan pada kos yang tidak merefleksikan kos inventory terkini, atau yang paling “up-to-date”, tetapi pada kos yang sudah tidak merefleksikan kos inventory kini , atau sudah tidak up-to-date. Hal ini mengurangi kualitas posisi keuangan entitas.

Bayangkan, kita sebagai investor ingin mengetahui berapa harga beli inventory sekarang. Kalau perusahaan menggunakan LIFO, maka nilai inventory yang ada di laporan posisi keuangan adalah inventory yang sudah lama, bukan terkini (ingat: Last in first out, inventory yang dibeli terakhir dianggap terjual lebih dulu). Informasi ini kurang relevan karena kita sebagai investor ingin tahu berapa harga beli inventory kini, bukan harga beli inventory pada periode lalu.

Tetapi, metode LIFO memiliki kelebihan dibandingkan metode FIFO, yaitu menghasilkan laporan laba rugi yang lebih baik karena pendapatan penjualan yang dinilai berdasarkan harga jual kini ditandingkan dengan biaya produk terjual (COGS) yang merepresentasikan nilai inventory kini (karena bds metode LIFO inventory yang dibeli terakhir dijual lebih dulu sehingga yang masuk COGS adalah inventory yang dibeli terakhir). IASB, selaku badan penyusun IFRS, memilih untuk menciptakan standar yang menghasilkan laporan posisi keuangan yang lebih baik.

2. Signifikansi perbedaan laba menurut metode FIFO dan average dengan metode LIFO Metode FIFO dan metode LIFO menghasilkan perbedaan laba yang cukup signifikan (berbeda jauh) dibandingkan antara FIFO dan Average. Lihat kembali tabel ikhtisar perbandingan ketiga metode di atas. Selisih antara metode FIFO dan LIFO adalah $100, sedangkan selisih antara metode FIFO dan average ($62) dan metode LIFO dan average ($38) tidak sesignifikan antara FIFO dan LIFO. Untuk mengurangi kecenderungan perusahaan memanipulasi laba karena perbedaan antara FIFO dan LIFO yang signifikan, penyusun standar perlu mengeliminasi antara FIFO atau LIFO. Karena metode LIFO memiliki kekurangan (menghasilkan nilai inventory yang kurang relevan), maka dieliminasilah metode LIFO.

Sumber referensi:

International Accounting Standard Board. IFRS 2012 Red Book. 2012. IFRS Foundation.
Kieso, Weygandt, and Warfield. Intermediate Accounting. 11th edition.
Undang-Undang No.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.


4Inventory case Empty Re: Inventory case Fri Oct 10 2014, 15:38

harry potter

harry potter

Sebenarnya saya ga pande2 kali ngomong, dan ga tahu apa yang saya omongkan, hehe..

oke, oke, alasan2 yg dikemukakan bapak-ibu semuanya benar, namu alasan yang paling mendasar lagi2 terkait dengan urusan yang berbau politik.

Pada waktu itu, udah lama sih, ya tapi ga lama2 kali lah, sekitar tahun 1953, terjadi perselisihan antara IFRS dengan para auditornya melawan para manajer dari pihak perusahaan yang berujung pada Kongres di Mahkamah Agung Amerika Serikat.

Untuk mengoptimalkan "keuntungan", para manajer sepakat untuk mencatat persediaannya menggunakan LIFO, sementara IFRS berkeras bahwa kerugian yang belum direalisasi pada persediaan LIFO seharusnya tidak dikurangkan dari perhitungan pajak. Disini nampak bahwa, jika dipandang dari sudut manajer, jika kita menggunakan LIFO, maka pajak penghasilan yang akan kita bayarkan akan lebih sedikit dibanding dengan menggunakan FIFO.

Dan pada akhirnya, Mahkamah Agung Amerika Serikat memenangkan gugatan yang dilayangkan IFRS.

Itulah sejarah mengapa hingga kini, IFRS tak lagi mengakui LIFO sebagai metode pencatatan persediaan.

Trims.

Sumber: Stice, Stice, Skousen, Intermediate Accounting, Buku Satu- Edisi 15.

Sponsored content



Back to top  Message [Page 1 of 1]

Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum